Semangat ke-Indonesiaan dan cinta negara-ku sering terusik akhir-akhir ini. 100% tak perlu ragu aku wong Ngawi jelas cinta Indonesia cinta NKRI.
Saking geramnya merasakan berseliweran orang yg merasa paling Indonesia, sbg guru TK kuajak jiwaku melangit menemui Ki Hajar Dewantara.
- "Pakde.. tolonglah saya agar generasi bangsaku cinta pada negeri ini. Saya kok kuatos."
- "Nduk, sebagai guru TK ajaklah anak-anak itu bermain. Hidupkan permainan tradisional, jangan menepuk dada kalau hapal dan lekatnya malah yang dari luar sono. Ingat, jangan meniru belaka, tapi sesuaikan dengan rasa dan keadaan hidup kita. Itu namanya menasionalisasikan." (Wih.. tiba-tiba aku inget modul B KP2 yang sedang tak kasih warna warni).
- "Indonesia itu bangsa musikal, Nduk. Apa-apa mesthi dikaitkan dengan tembang dan gamelan. Lagu dan musik." (Wih pakde bener, hampir semua dolananku ada lagunya. Slek slek dur, jamuran, cublek cublek suweng, wahhh buanyyyakkk).
- "Pakde jadi inget temen pakde, si om Rudolf Steiner. Terapkan pengajaran yang antroposofis onderwifs."
- "Apa itu pakde?"
- "Yha wacanen tho Nduk modul B'mu ben nilaimu nggak C. Ngisin2i." (Haduh.. pipiku langsung merah delima. Jangan gt tho pakde jelek2 gini pas mau berangkat sertifikasi nilai UKA-ku msk 10 besar nasional lho. Pakde tanya deh ke mbah Google)
- "Itu artinya pendidikan yang sifatnya mengembalikan dari cara pengajaran yang intelektualistis kpd sifat kemanusiaan dg menggunakan rhytme, wirama shg trbentuk budi pekerti yang lurus." Kata Pakde mengerti merah delimanya pipiku yang merasa malu.
- "Pakde.. gmn menurut pakde dengan rencana menghadirkan SNSD yang cuantik2 itu di hari kemerdekaan RI?"
- "Halah pakde no coment. mosok penjelasan pakde tadi nggak mampu membuatmu berkomentar sendiri sbg guru peletakdasar kepribadian bangsa. Bangsa Musikal kok bingungan. Ra elok."
Tiba2 Pakde Ki Hajar Dewantara meninggalkanku begitu saja dan meninggalkan PR padaku untuk membuat sebuah komentar sendiri.
(Hasil resume modul B KP-2) Oleh Titaq Muttaqwiati
0 Komentar